Friday, September 30, 2011

MENGHILANG

Kadang terbersit pada diriku, kesalahan yang telah aku perbuat dari masa lalu hingga sekarang. Kadang terbersit dalam diriku, rasa bersalah pada diriku dan dirimu. Terbersit dari dalam hati yang terdalam, ingin menghilang…menghilang…menghilang…diterkam kegelapan yang melanda dunia ini… dan dimakan kegelapan… yang menguasai diri ini.

Ingin ku pergi jauh, meninggalkan semuanya di belakang. Ingin ku katakan, “brengsek!!!” pada diriku di depan cermin. Ingin kulakukan lompat tinggi ke dalam jurang yang dalam… yang mungkin dalamnya sedalam palung tak berujung. Menuju kegelapan yang ada di dalamnya. Gelisah….

Aku ingin cepat meninggalkan bangku ini. Ingin segera meninggalkan negeri ini. Menumpangi gerbong kereta bisnis menuju ke negeri Jogja yang penuh dengan sejarah jaman dulu. Ingin aku belajar dengan sultan, raja, dan mungkin para pejuang yang ada di masa lalu. Bagaimana rasanya membunuh tanpa perasaan, bagaimana rasanya melakukan suatu kebijakan tanpa menyertakan hati nurani hati yang paling dalam. Ingin aku menanyakan kepada mereka, bagaimana cara membunuh perasaan ini, yang selalu gelisah ketika dunia tidak lagi adil bagiku… dan rasa sakit yang selama ini terus menyerangku, yang dibuat sendiri olehku.

Aku ingin menghabiskan waktu di gerbong kereta api… di malam hari. Di pintu gerbong dan duduk di lantai dengan menghisap batang beracun layaknya koboy ataupun backpacker yang tersohor. Menatap kegelapan malam dan hanyut di dalamnya. Melihat diri yang ada di dalam diriku. Menyatakan perang kepada kebodohan di masa lalu.

Ingin aku mendaki gunung yang tinggi itu, yang menjulang tinggi hingga ke atas awan dan menyatakan cinta kepada sang rembulan. Berharap sang rembulan jatuh hati dan memungutku dari bumi, hingga aku bisa meninggalkan bumi sejauh mungkin. Ingin aku pergi menuju ke Mexico, menuju Kuil Matahari dan melakukan sesembahan agar matahari bersedia merekrutku menjadi tentara apinya. Inginku pergi ke astronomi dan bertanya kapan meteor melewati bumi, hingga aku bisa membuat perencanaan untuk bisa melarikan diri dengan meteor itu…



Melarikan diri,…



Ya, aku tidak bisa menanggung beban ini layaknya seorang prajurit. Aku merasa begitu lemah saat ini, ketika segitiga merah begitu mempengaruhi kebijakan yang kubuat. Begitu pengecut hingga ingin aku terus berlari…berlari…berlari…dan berteriak di ujung pantai, berharap ada ombak yang membawakan bahtera untuk ku pergi meninggalkan dunia ini.



Aku butuh jawaban.. segera… ya Allah… hanya Engkau kekuatan hatiku.

No comments:

Post a Comment